Al-Hassan Ibnu Al-Haitsam (ILMUAN-ILMUAN MUSLIM) KULIAH IAD

Al-Hassan Ibnu Al-Haitsam
Oleh : Fatchurahman Ali

A.      Tempat, Tanggal lahir, dan Riwayat Hidupnya
Nama lengkapnya adalah Abu Al-Hasan bin Al-Hasan bin Al-Haitsam. Dia lebih dikenal dengan panggilan Al-Bashri, nama ini dinisbatkan kepada kota kelahirannya di Bashrah,Irak. Di Eropa Ibnu Al-Haitsam lebih dikenal dengan nama Alhazen (dalam bahasa Latin), nama ini dinisbatkan kepada nama depannya yakni al-Hassan. Dia dilahirkan pada tahun 354 H (965 M) di kota Bashrah, Iraq. Dia wafat pada tahun 430 H (1039 M) di Cairo. Dia pertama kali belajar ilmu di Bashrah, kemudian pergi ke Baghdad. Di sana dia melanjutkan belajarnya dan mendalami ilmu-ilmu Arab dan agama. Selain itu, dia juga mendalami ilmu matematika, astronomi, kedokteran, dan filsafat. Pada usianya yang ketiga puluh tahun, dia pergi ke Mesir atas undangan dari Khalifah Dinasti Fatimiyyah, Al-Hakim Biamrillah. Dia menghabiskan sebagian besar waktunya di Cairo. Di sana dia melanjutkan penelitiannya dan menulis banyak buku. Dia hidup di Cairo dalam keadaan sederhana dan tawadhu', yang mana dia hanya tinggal di sebuah kamar di dekat pintu gerbang Masjid Al-Azhar. Dia terpaksa menyibukkan diri dengan menggandakan buku-buku Euklides dan Ptolemaeus serta lainnya dan menjualnya di depan masjid Al-Azhar untuk dapat menyambung hidupnya.
B.       Penelitian Al-Hasan bin Al-Haitsam dan Penemuan Ilmiahnya
Al-Haitsam akhirnya dapat mengenyam pendidikan di Universitas al-Azhar yang didirikan pada masa Kekhalifahan Fatimiyah. Setelah itu, secara otodidak, Ia mempelajari hingga menguasai beragam disiplin ilmu seperti ilmu falak, matematika, geometri, pengobatan, fisika, dan filsafat.
Secara serius dia mengkaji dan mempelajari seluk-beluk ilmu optik. Beragam teori tentang ilmu optik telah dilahirkan dan dicetuskannya. Dialah orang pertama yang menulis dan menemukan perbagai data penting mengenai cahaya. Konon, dia telah menulis tak kurang dari 200 judul buku.
Begitu besarnya kontribusi Ibnu Al-Haitsam dalam sains sehingga Irak menjadikan gambarnya sebagai mata uang pecahan 10.000 pada tahun 2003.
Ibnu al-Haitsam banyak mempelajari karya karya ilmuwan Yunani terkait dengan bidang optik yakni karya Euclides dan Ptolemy, namun setelah ditelaah terdapat banyak kekeliruan dan Ibnu Al-Haitsam meluruskan pendapat kedua ilmuwan Yunani tersebut.
Sebelum Ibnu Al-Haitsam terdapat ilmuwan muslim yang lebih dahulu mengadakan penyelidikan terhadap ilmu optik,yakni Al-Kindi, Ia mencurahkan pikirannya untuk mengkaji ilmu optik. Hasil kerja kerasnya mampu menghasilkan pemahaman baru tentang refleksi cahaya serta prinsip-prinsip persepsi visual. Buah pikir Al-Kindi tentang optik terekam dalam kitab berjudul De Radiis Stellarum. Buku yang ditulisnya itu sangat berpengaruh bagi sarjana Barat seperti Robert Grosseteste dan Roger Bacon.
Seabad kemudian, sarjana Muslim lainnya yang menggembangkan ilmu optik adalah Ibnu Sahl (940 M - 1000 M). Sejatinya, Ibnu Sahl adalah seorang matematikus yang mendedikasikan dirinya di Istana Baghdad. Pada tahun 984 M, dia menulis risalah yang berjudul On Burning Mirrors and Lenses (pembakaran dan cermin dan lensa). Dalam risalah itu, Ibnu Sahl mempelajari cermin membengkok dan lensa membengkok serta titik api cahaya.
C.      Al-Hasan bin AI-Haitsam dan Kamera Obscura
kamera kotak.jpg
Kamera merupakan salah satu penemuan penting yang dicapai umat manusia. Lewat jepretan dan bidikan kamera, manusia bisa merekam dan mengabadikan beragam bentuk gambar mulai dari sel manusia hingga galaksi di luar angkasa. Teknologi pembuatan kamera, kini dikuasai peradaban Barat serta Jepang. Sehingga, banyak umat Muslim yang meyakini kamera berasal dari peradaban Barat.
Ibnu Al-Haitsam berhasil menemukan prinsip kerja kamera yang dikenal dengan nama Camera Obscura. Itulah salah satu karya al-Haitham yang paling monumental. Penemuan yang sangat inspiratif itu berhasil dilakukan al-Haitham bersama Kamaluddin al-Farisi. Keduanya berhasil meneliti dan merekam fenomena kamera obscura. Penemuan itu berawal ketika keduanya mempelajari gerhana matahari. Untuk mempelajari fenomena gerhana, Al-Haitham membuat lubang kecil pada dinding yang memungkinkan citra matahari semi nyata diproyeksikan melalui permukaan datar. Kemudian Kamaluddin Al-Farisi memperinci mekanisme dan cara kerja dari Camera Obscura tersebut dalam karya Optik lainnya. Al-Farisi meneliti lebih lanjut bahwa semakin kecil lubang dalam dinding maka proyeksi yang dihasilkan semakin tajam, ia menunjukkan juga bahwa hasil proyeksi menjadi terbalik.
Camera obscura juga membuktikan bahwa cahaya merambat dalam garis lurus secara eksperimen. Camera Obscura atau pinhole camera adalah sebuah bilik gelap (bayt al-Mudhlim) yang salah satu dindingnya dilubangi. Panorama dari luar bilik diproyeksikan melalui lubang tersebut ke salah satu dinding dalam bilik. Kemudian seseorang yang ada di dalam bilik akan menggambar hasil proyeksi tadi dengan proporsi yang tepat. Dengan perangkat Camera Obscura ini pulalah Ibn al-Haytham mengamati fenomenda gerhana matajari dengan sangat mudah.
Sebagian literatur Arab menyebutkan bahwa Ibnul Haitsam adalah penemu kamera. Perkataan ini pada kenyataannya terlalu dilebih-lebihkan dan menyalahi amanah ilmiah serta akan dibantah oleh Ibnul Haitsam andaikan dia masih hidup. Yang benar adalah bahwa ilmuwan kita ini adalah penemu ide dan yang melakukan eksperimen sehingga akhirnya ditemukan cara pembuatan kamera. Dia tidak pernah membuat kamera itu sendiri dan tidak pernah mencetak gambar dari jenis apa pun. Untuk lebih jelasnya, kami akan berusaha menerangkan ide pembuatan kamera ini, yang secara sederhana terdiri dari dua bagian berikut:
1.    Ruang gelap: Ruang gelap ini dalam eksperimen yang dilakukan oleh Ibnul Haitsam -dan dalam eksperimen pengajaran modern- berupa kotak yang tidak tembus cahaya. Kemudian di tengahnya terdapat satu lubang kecil. Sisi yang berlawanan dengan lubang berbeda dengan sisi kotak lainnya, yaitu berupa papan kaca yang berkilau atau tirai dari kain yang tertutup setengah transparan atau lainnya. Ketika lubang itu diarahkan ke suatu objek pandang mana pun, seperti lilin atau semacamnya, maka cahaya itu akan melewati lubang itu dan tetap pada bentuknya semula, sehingga terbentuklah gambar dari objek yang dilihat pada tirai itu, dan ini dapat dilihat oleh orang yang berdiri di belakang kotak.
2.    Papan sensitif: Papan ini merupakan papan yang tertutup dengan bahan kimia dan mudah terpengaruh oleh cahaya dan pengaruhnya bersifat tetap sehingga dapat menyimpan gambar untuk dicetak. Dalam kamera yang ada saat ini, papan sensitif itu disebut film yang mudah terpengaruh oleh cahaya, sehingga dapat me-nyimpan gambar negatif yang dapat dicetak dan sesuai dengan aslinya.
Al-Hasan bin Al-Haitsam menemukan ruang gelap, tanpa menggunakan papan sensitif. Barangkali dia akan mampu menemukan kamera secara sempurna dan mempergunakannya, kalau dia membuka bab-bab tentang penggunaan bahan-bahan kimia dan menambah berbagai pengetahuannya. Akan tetapi, ini semua merupakan kehendak Allah agar Ibnul Haitsam menemukan ilmu cahaya sampai di sini dan membiarkan kamera ditemukan oleh orang-orang Eropa agar mereka dapat me¬nyempurnakan penemuannya. Perlu diberitahukan bahwa Ibnul Haitsam banyak membuat eks-perimen pada ruang gelap itu dan membuat berbagai contoh yang dari berbagai jarak untuk mendapatkan ukuran yang bermacam-macam atau antara ruang gelap dengan objek benda tersebut sehingga terjadi kesesuaian gambar pada tirai tersebut. Dalam hal ini, dia mengatakan, "Disyaratkan agar lubang itu tidak terlalu lebar sehingga gambar menjadi buram, dan juga tidak terlalu kecil sehingga kehilangan daya sensitivitasnya karena cahayanya yang lemah."
D.   Karyanya di Bidang Ilmu Optik
Karya Ibnul Haitsam yang terkenal dalam ilmu optik ada dua belas buku. Di antara buku itu yang paling penting adalah "Kitab Al-Manazhir" yang berisi berbagai penemuannya yang terpenting dalam ilmu optik. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada tahun 1572, dan diterbitkan di Basel, Switzerland, dengan judul "Thesaurus Opticus" (Rujukan lengkap dalam ilmu optik). Buku ini sangat besar pengaruhnya bagi pengembangan ilmu optik di Eropa. Di antara karya-karyanya yang lain dalam ilmu optik adalah sebagai berikut:
1.    "Risalah Fi Al-Ain Wa Al-Abshar".
2.    "Risalah Fi Al-Maraya Al-Muhriqah Bi Ad-Dawa'ir".
3.    "Risalah Fi In'ithaf Adh-Dhau"'.
4.    "Risalah Fi Al-Maraya Al-Muhriqah Bi Al-Quthu"'.
5.    "Kitab Fi Al-Halah Wa Qaus Qazah"
Perlu diketahui bahwa buku-buku Al-Hasan bin Al-Haitsam masih tetap dijadikan rujukan utama di Eropa dalam ilmu optik hingga abad ketujuh belas. Seorang ilmuwan Inggris dalam bidang matematika dan teologi, dan guru besar di Universitas Cambridge, Ishac Barrow (1630-1677) memberikan kuliah tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan Ibnul Haitsam. Sedangkan di antara mahasiswa pada saat itu terdapat Ishac Newton yang pada suatu ketika akan menjadi ilmuwan terbesar di Barat hingga munculnya Einstein.
E.       Karya di Bidang Astronomi
Ibnul Haitsam berhasil memanfaatkan penemuannya dalam ilmu cahaya dan kemampuannya dalam ilmu matematika untuk mengadakan penelitian dalam ilmu astronomi, sehingga dia berhasil menemukan beberapa penemuan berikut:
1.      Dia berkesimpulan bahwa bulan bukanlah benda yang memancarkan sinar, melainkan mendapatkan sinar dari matahari dan memantulkannya ke bumi.
2.      Dia membuat tabel-tabel yang akurat tentang berbagai permasalah dalam ilmu astronomi.
3.      Dia mencoba menentukan ketidaktebalan lapisan atmosfer bumi dengan menggunakan basil penelitiannya terhadap pembiasan cahaya antara lapisan-lapisan udara yang berbeda-beda dan ukuran-ukuran cahaya yang dicatatnya ketika matahari terbit dan tenggelam. Dan, ini tentu merupakan keberanian ilmiah yang sangat diperhitungkan.
4.      Dia menjelaskan fenomena munculnya bulan sabit. Demikian juga dengan fenomena fajar, sinar, lingkaran cahaya, pelangi, gerhana matahari, dan gerhana bulan, serta menafsirkan sebab-sebab terjadinya berdasarkan penelitiannya dalam ilmu optik.
5.      Dia mempelajari pengaruh pembiasan cahaya ketika sampai ke atmosfer bumi, sehingga dia mengetahui jarak antara dua bintang. Dia menjelaskan bahwa ukuran dan jarak yang tampak semakin kecil bagi kita pada hakekatnya disebabkan oleh pengaruh pembiasan. Seba-gaimana dia juga menjelaskan bahwa asap, atau lapisan gas yang tebal di udara, memiliki pengaruh tersendiri bagi diketahuinya dua ukuran sebelumnya.
6.      Dia menafsirkan kepada kita mengapa bulan dan matahari kadang-kadang nampak bersamaan di langit atau berdekatan, bahkan nampak semakin besar ketika berada di tengah-tengah langit. Ini sebenarnya adalah masalah yang terpisah dari dari penelitian pembiasan, dan penafsiran Ibu Al-Haitsam dalam hal ini merupakan penafsiran yag dapat diterima hingga sekarang.
7.      Dia berhasil menentukan ketinggian kutub dengan akurat, dan menjelaskannya di dalam bukunya "Risalah Irtifa' Al-Qutub."Astronom kita, Ridha Madwar, mengatakan dalam ceramahnya tentang aspek astronomi Ibnul Haitsam dan menjelaskan kepada para hadirin bahwa penemuan Ibnul Haitsam dalam hal ini sangat sulit dan memerlukan cara meneropong bintang dan menghitung yang akurat. Cara menentukan ketinggian qutub ini masih dipergunakan hingga sekarang.

F.       Karyanya di Bidang Astronomi
Ibnul Haitsam menulis sebanyak 17 buku dalam ilmu astronomi, dan di antara buku-buku itu yang sampai kepada kita hanya berjumlah 12 buku saja. Berikut sebagian nama-nama buku tersebut:
1.      "At-Tanbih Ala Ma Fi Ar-Rashdi Min Al-Ghalath".
2.      "Irtifa' Al-Kawakib".
3.      "Maqalah Fi Ab'ad Al-Ajram As-Samawiyyah wa Iqdar I'zhamiha wa Ghairiha".
4.       "Kitab Fi Hai'ati Al-Alam".
5.      "Risalah Fi Asy-Syafaq"
G.      Di Bidang Ilmu Matematika
Al-Hasan bin Al-Haitsam menguasai ilmu matematika, dan dia menerapkan ilmu ini pada ilmu fisika dan astronomi. Ketika studi dua ilmu ini memiliki korelasi yang kuat dengan matematika dan dijadikan sandaran dalam penelitian keduanya, maka ini menjadi bukti yang kuat bahwa Ibnul Haitsam termasuk pelopor ilmu dan berada di barisan terdepan bersama para ilmuwan lain yang menonjol dalam bidang fisika dan matematika secara bersamaan. Mereka itulah para ilmuwan yang telah memprogram akal kita melalui pencucian otak dan iklan Barat bahwa dalam daftar mereka hanya ada nama-nama ilmuwan seperti orang-orang Anglo Saxons dan orang-orang Jerman3, Ishac Newton, Alfred Whitehead, dan Albert Einstein. Adapun penemuan Ibnul Haitsam dalam ilmu matematika adalah sebagai berikut:
1.      Dia membuat tesis dalam ilmu hitung, aljabar, dan trigonometri serta dua geometri yang sama. Ini jelas menunjukkan pada kemampuannya yang besar dalam ilmu matematika.
2.      Dia membuat kesimpulan tentang hukum yang benar mengenai luas bentuk bola, piramid, silender, potongan, dan potongan melingkar.
3.      Dia memperaktikkan ilmunya dalam bidang optik kepada ilmu aljabar.
4.      Para ilmuwan muslim, di antara Ibnul Haitsam menerapkan ilmu geometri pada logika dan menyebutnya "Logika Matematika Geometri."
Dalam hal ini, Ibnul Haitsam telah menulis buku, dan ia mengatakan,
"Dalam buku ini saya mengumpulkan dasar-dasar geometri dan urutan angka-angka dari buku Euklides dan Apollonius. Saya membuat dasar-dasar itu secara variatif dan membaginya, lalu saya membuktikannya dengan bukti-bukti yag saya susun dari masalah-masalah pendidikan dan logika, sehingga menjadi dasar-dasar yang beraturan antara Euklides dan Apollonius."
Ini berarti bahwa perkataan Ibnul Haitsam dalam bukunya adalah dia menyusun teori-teori itu dan menetapkannya dengan bukti-bukti atau dalil-dalil yang berkelanjutan. Memang ini memerlukan dua dasar ilmu matematika Yunani itu. Akan tetapi ketika.para ilmuwan muslim mempelajari warisan intelektual Yunani, mereka menganalisanya, menjelaskannya dan memberikan penambahan yang sangat banyak sehingga hasil penemuan mereka berdasarkan teori yang ada menjadi revolusi ilmiah yang besar dalam bidang penelitian dan penulisan buku. Jadi mereka bukan hanya sekedar "tukang pos" antara peradaaan Yunani dan Barat, seba-gaimana yang dikatakan oleh para ahli sejarah di Barat.
Dalam hal itu semua, Ibnul Haitsam bukanlah seorang yang dangkal ilmunya dalam bidang matematika, melainkan dia adalah seorang spesialis ilmu matematika sejati. Barangkali sebagian peranannya dalam menyelesaikan berbagai persoalan ilmu matematika dapat menjadi bukti bagi dirinya, misalnya:
Masalah geometri yang diselesaikan oleh Ibnul Haitsam: "Bagaimana anda menggambar dua garis lurus dari dua titik yang harus ada di dalam lingkaran tertentu sehingga kedua garis itu membentuk dua sudut yang sama dengan yang digambar dari titik yang ada di sekelilingnya?"
Masalah susunan angka-angka (bilangan) yang telah diselesaikan oleh Ibnul Haitsam:
"Apa bilangan genap yang dapat dibagi 7, dan apabila dibagi 2, 3, 4, 5, dan 6 maka sisa pembagian itu selamanya dan dalam keadaan apapun adalah bilangan genap?"
H.      Karyanya di Bidang Ilmu Matematika
Berikut sebagian karya Ibnul Haitsam dalam ilmu matematika:
Dalam ilmu hitung
1.      "Al-Jami'Fi Ushul Al-Hisab".
2.      "Ilal Al-Hisab Al-Hindi"
Dalam ilmu aljabar
1.      "Ta'liq Ala Ilm Al-Jabar"
Dalam ilmu geometri
Dia memiliki sebanyak 58 karya dalam ilmu geometri dan hanya 21 buku yang sampai kepada kita, di antaranya:
1.      "Al-Mukhtashar Fi Ilm Al-Handasah".
2.      "Tarbi' Ad-Da'irah"
Makalah yang berisi tentang tesis bahwa bulatan (sesuatu yang bulat seperti bola) merupakan bentuk benda yang paling luas yang sekelilingnya sama, dan lingkaran merupakan bentuk benda datar yang paling luas yang sekelilingnya sama.
1.      Al-Asykal Al-Hilaliyah"
I.         Bidang Keilmuan Lainnya
Al-Hasan bin Al-Haitsam juga menonjol dalam ilmu filsafat, logika, psikologi, teologi, akhlak, dan bahasa. Dalam hal itu semua, dia telah mengarang sebanyak 40 buku. Sebagaimana dia juga memiliki beberapa karya tulis dalam bidang kedokteran, sekalipun dia tidak menjadikan dokter sebagai profesinya.
Ahli sejarah kedokteran dan ilmu pengetahuan, Ibnu Abi Ushaibi'ah mengatakan dalam bukunya "Uyunul Anba' Fi Thabaqat Al-Athibba'” bahwa Ibnul Haitsam memiliki lebih dari dua ratus karya tulis. Akan tetapi yang sangat disayangkan, kebanyakan dari buku-buku ini telah hilang dan tidak sampai kepada kita kecuali sedikit.
J.         Kejeniuasan Ibnul Haitsam dalam Pengakuan Orang Barat
1.      Heward Aiper mengatakan dalam bukunya "Tarikh Ar-Riyadhiyyat": "Tidak diragukan bahwa Ibnul Haitsam adalah seorang ilmuwan muslim terkemuka dalam ilmu matematika pada masanya dan seorang fisikawan muslim terkemuka sepanjang sejarah. Kontribusinya bagi ilmu optik tidak dapat dilupakan."
2.      George Sarton mengatakan dalam bukunya "Muqaddimah Li Tarikh Al-Ilm": "Ibnul Haitsam adalah ilmuwan terkemuka di Arab dalam ilmu fisika, bahkan dia adalah seorang fisikawan terkemuka pada masa abad pertengahan, dan termasuk salah satu ilmuwan dalam ilmu optik yang sangat sedikit jumlahnya di dunia.
3.      Killy mengatakan dalam bukunya "Tarikh Al-Falak": "Ibnul Haitsam banyak membuat penemuan dan yang terpenting adalah teori kesesuain. Teori ini bertentangan dengan apa yang dikatakan oleh Al-Khawarizmi dan semua ilmuwan lainnya. Dia menjelaskan teori itu disertai dengan dalil-dalil yang akurat."
4.      Seorang orientalis Jerman, Zigrid Hunke, mengatakan dalam bukunya "Syams Allah Tastha' Ala Al-Gharb": "Ibnul Haitsam adalah salah seorang dari ilmuwan Arab terkemuka dan yang paling berpengaruh di Barat." Dia juga mengatakan: "Ibnul Haitsam adalah orang yang pertama kali melakukan eksperimen dengan menggunakan "perangkat lubang" atau "ruang gelap" yang pada hakekatnya merupakan bentuk awal dari kamera yang ada sekarang. Dia berhasil membuktikan bahwa cahaya menyebar pada garis-garis yang lurus. Dia hampir saja tidak percaya ketika matanya melihat gambar dunia terbalik ketika dipantulkan. Eskprimen yang sama kemudian dilakukan oleh seniman Itali, Leonardo Da Vinci, yang hidup antara tahun 1452 hingga tahun 1518M. Kedua orang ini terpisah oleh waktu hampir lima abad lamanya."
5.      Dolaporta mengatakan tentang Fetlo, yang menerjemahkan buku "Al-Manazhir" karangan Ibnul Haitsam: "Fetlo telah keliru dalam mengutip perkataan Ibnul Haitsam, karena dia hanyalah kera yang meniru. Padahal buku yang telah diterjemahkan ini telah dijadikan rujukan oleh orang-orang Eropa dalam ilmu optik selama abad pertengahan."
6.      Jack Resler mengatakan dalam bukunya "Al-Hadharah Al-Arabiyyah": "Al-Hasan bin Al-Haitsam yang hidup di Cairo antara tahun 965 - 1039M telah membuat lompatan yang besar bagi pengembangan ilmu optik dan fisiologi mata. Penelitiannya dalam ilmu optik yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Itali menjadi sumber inspirasi bagi para ilmuwan dalam bidang fisika. Ibnul Haitsam adalah penemu lensa sejak dini mendahului Roger Bacon, Fetlo, dan para ilmuwan Eropa lainnya, bahkan mereka bergantung pada usahanya setelah tiga abad kemudian. Terutama dalam penelitiannya yang secara khusus berhubungan dengan mikroskop dan teleskop. Ketika Ibnul Haitsam mengkritik teori Euklides dan Ptolemaeus tentang penglihatan, dia mampu memberikan penjelasan yang akurat tentang mata, lensa dan penglihatan melalui pembuktian kedua mata. Dan, dia juga memaparkan dengan benar tentang fenomena pembiasan cahaya. Dialah orang yang pertama kali melakukan eksrprimen dengan menggunakan alat yang disebut "ruang gelap" yang merupakan dasar penemuan fotografi. Pada abad kesembilan belas, seorang ilmuwan dalam bidang matematika, Chal menganggap bahwa "penelitian Ibnul Haitsam berasal pengetahuan kita tentang ilmu optik". Sedangkan astronom Bijurdan menjustifasikasi bahwa teori Ibnul Haitsam tentang ilmu optik menggungguli teori Ptolemaeus. (Sebenarnya bukan hanya mengungguli teori Ptolemaeus, karena teori Ibnul Haitsam yang kita ketahui sekarang merupakan penemuan ilmiah yang benar dan menutupi teori Ptolemaeus, bahkan menggugurkannya secara keseluruhan). Karena dia mengamatinya secara khusus dan mampu menyelesaikan permasalahannya dengan analisa yang tepat."



DAFTAR PUSTAKA






EmoticonEmoticon