Al-Hassan Ibnu
Al-Haitsam
Oleh : Fatchurahman Ali
A.
Tempat, Tanggal lahir, dan Riwayat
Hidupnya
Nama lengkapnya adalah Abu Al-Hasan
bin Al-Hasan bin Al-Haitsam. Dia lebih dikenal dengan panggilan Al-Bashri, nama
ini dinisbatkan kepada kota kelahirannya di Bashrah,Irak. Di Eropa Ibnu
Al-Haitsam lebih dikenal dengan nama Alhazen (dalam bahasa Latin), nama ini
dinisbatkan kepada nama depannya yakni al-Hassan. Dia dilahirkan pada tahun 354
H (965 M) di kota Bashrah, Iraq. Dia wafat pada tahun 430 H (1039 M) di Cairo.
Dia pertama kali belajar ilmu di Bashrah, kemudian pergi ke Baghdad. Di sana
dia melanjutkan belajarnya dan mendalami ilmu-ilmu Arab dan agama. Selain itu,
dia juga mendalami ilmu matematika, astronomi, kedokteran, dan filsafat. Pada
usianya yang ketiga puluh tahun, dia pergi ke Mesir atas undangan dari Khalifah
Dinasti Fatimiyyah, Al-Hakim Biamrillah. Dia menghabiskan sebagian besar
waktunya di Cairo. Di sana dia melanjutkan penelitiannya dan menulis banyak
buku. Dia hidup di Cairo dalam keadaan sederhana dan tawadhu', yang mana dia
hanya tinggal di sebuah kamar di dekat pintu gerbang Masjid Al-Azhar. Dia
terpaksa menyibukkan diri dengan menggandakan buku-buku Euklides dan Ptolemaeus
serta lainnya dan menjualnya di depan masjid Al-Azhar untuk dapat menyambung
hidupnya.
B.
Penelitian Al-Hasan bin Al-Haitsam dan Penemuan Ilmiahnya
Al-Haitsam akhirnya dapat mengenyam
pendidikan di Universitas al-Azhar yang didirikan pada masa Kekhalifahan
Fatimiyah. Setelah itu, secara otodidak, Ia mempelajari hingga menguasai
beragam disiplin ilmu seperti ilmu falak, matematika, geometri, pengobatan,
fisika, dan filsafat.
Secara serius dia mengkaji dan
mempelajari seluk-beluk ilmu optik. Beragam teori tentang ilmu optik telah
dilahirkan dan dicetuskannya. Dialah orang pertama yang menulis dan menemukan
perbagai data penting mengenai cahaya. Konon, dia telah menulis tak kurang dari
200 judul buku.
Begitu besarnya kontribusi Ibnu
Al-Haitsam dalam sains sehingga Irak menjadikan gambarnya sebagai mata uang
pecahan 10.000 pada tahun 2003.
Ibnu al-Haitsam banyak mempelajari
karya karya ilmuwan Yunani terkait dengan bidang optik yakni karya Euclides dan
Ptolemy, namun setelah ditelaah terdapat banyak kekeliruan dan Ibnu Al-Haitsam
meluruskan pendapat kedua ilmuwan Yunani tersebut.
Sebelum Ibnu Al-Haitsam terdapat
ilmuwan muslim yang lebih dahulu mengadakan penyelidikan terhadap ilmu
optik,yakni Al-Kindi, Ia mencurahkan pikirannya untuk mengkaji ilmu optik.
Hasil kerja kerasnya mampu menghasilkan pemahaman baru tentang refleksi cahaya
serta prinsip-prinsip persepsi visual. Buah pikir Al-Kindi tentang optik
terekam dalam kitab berjudul De Radiis Stellarum. Buku yang ditulisnya itu
sangat berpengaruh bagi sarjana Barat seperti Robert Grosseteste dan Roger
Bacon.
Seabad kemudian, sarjana Muslim
lainnya yang menggembangkan ilmu optik adalah Ibnu Sahl (940 M - 1000 M).
Sejatinya, Ibnu Sahl adalah seorang matematikus yang mendedikasikan dirinya di
Istana Baghdad. Pada tahun 984 M, dia menulis risalah yang berjudul On Burning
Mirrors and Lenses (pembakaran dan cermin dan lensa). Dalam risalah itu, Ibnu
Sahl mempelajari cermin membengkok dan lensa membengkok serta titik api cahaya.
C. Al-Hasan
bin AI-Haitsam dan Kamera Obscura
Kamera merupakan salah satu penemuan
penting yang dicapai umat manusia. Lewat jepretan dan bidikan kamera, manusia
bisa merekam dan mengabadikan beragam bentuk gambar mulai dari sel manusia
hingga galaksi di luar angkasa. Teknologi pembuatan kamera, kini dikuasai
peradaban Barat serta Jepang. Sehingga, banyak umat
Muslim yang meyakini kamera berasal dari peradaban Barat.
Ibnu Al-Haitsam berhasil menemukan
prinsip kerja kamera yang dikenal dengan nama Camera Obscura. Itulah salah satu karya al-Haitham yang paling
monumental. Penemuan yang sangat inspiratif itu berhasil dilakukan al-Haitham
bersama Kamaluddin al-Farisi. Keduanya berhasil meneliti dan merekam fenomena
kamera obscura. Penemuan itu berawal ketika keduanya mempelajari gerhana
matahari. Untuk mempelajari fenomena gerhana, Al-Haitham membuat lubang kecil
pada dinding yang memungkinkan citra matahari semi nyata diproyeksikan
melalui permukaan datar. Kemudian Kamaluddin Al-Farisi memperinci mekanisme dan
cara kerja dari Camera Obscura tersebut dalam karya Optik lainnya. Al-Farisi
meneliti lebih lanjut bahwa semakin kecil lubang dalam dinding maka proyeksi
yang dihasilkan semakin tajam, ia menunjukkan juga bahwa hasil proyeksi menjadi
terbalik.
Camera obscura juga membuktikan
bahwa cahaya merambat dalam garis lurus secara eksperimen. Camera Obscura atau
pinhole camera adalah sebuah bilik gelap (bayt al-Mudhlim) yang salah satu
dindingnya dilubangi. Panorama dari luar bilik diproyeksikan melalui lubang
tersebut ke salah satu dinding dalam bilik. Kemudian seseorang yang ada di
dalam bilik akan menggambar hasil proyeksi tadi dengan proporsi yang tepat.
Dengan perangkat Camera Obscura ini pulalah Ibn al-Haytham mengamati fenomenda
gerhana matajari dengan sangat mudah.
Sebagian literatur Arab menyebutkan
bahwa Ibnul Haitsam adalah penemu kamera. Perkataan ini pada kenyataannya
terlalu dilebih-lebihkan dan menyalahi amanah ilmiah serta akan dibantah oleh
Ibnul Haitsam andaikan dia masih hidup. Yang benar adalah bahwa ilmuwan kita
ini adalah penemu ide dan yang melakukan eksperimen sehingga akhirnya ditemukan
cara pembuatan kamera. Dia tidak pernah membuat kamera itu sendiri dan tidak
pernah mencetak gambar dari jenis apa pun. Untuk lebih jelasnya, kami akan
berusaha menerangkan ide pembuatan kamera ini, yang secara sederhana terdiri
dari dua bagian berikut:
1. Ruang
gelap: Ruang gelap ini dalam eksperimen yang dilakukan oleh Ibnul Haitsam -dan
dalam eksperimen pengajaran modern- berupa kotak yang tidak tembus cahaya.
Kemudian di tengahnya terdapat satu lubang kecil. Sisi yang berlawanan dengan
lubang berbeda dengan sisi kotak lainnya, yaitu berupa papan kaca yang berkilau
atau tirai dari kain yang tertutup setengah transparan atau lainnya. Ketika
lubang itu diarahkan ke suatu objek pandang mana pun, seperti lilin atau
semacamnya, maka cahaya itu akan melewati lubang itu dan tetap pada bentuknya
semula, sehingga terbentuklah gambar dari objek yang dilihat pada tirai itu,
dan ini dapat dilihat oleh orang yang berdiri di belakang kotak.
2. Papan
sensitif: Papan ini merupakan papan yang tertutup dengan bahan kimia dan mudah
terpengaruh oleh cahaya dan pengaruhnya bersifat tetap sehingga dapat menyimpan
gambar untuk dicetak. Dalam kamera yang ada saat ini, papan sensitif itu
disebut film yang mudah terpengaruh oleh cahaya, sehingga dapat me-nyimpan
gambar negatif yang dapat dicetak dan sesuai dengan aslinya.
Al-Hasan bin Al-Haitsam menemukan
ruang gelap, tanpa menggunakan papan sensitif. Barangkali dia akan mampu
menemukan kamera secara sempurna dan mempergunakannya, kalau dia membuka
bab-bab tentang penggunaan bahan-bahan kimia dan menambah berbagai
pengetahuannya. Akan tetapi, ini semua merupakan kehendak Allah agar Ibnul
Haitsam menemukan ilmu cahaya sampai di sini dan membiarkan kamera ditemukan
oleh orang-orang Eropa agar mereka dapat me¬nyempurnakan penemuannya. Perlu
diberitahukan bahwa Ibnul Haitsam banyak membuat eks-perimen pada ruang gelap
itu dan membuat berbagai contoh yang dari berbagai jarak untuk mendapatkan
ukuran yang bermacam-macam atau antara ruang gelap dengan objek benda tersebut sehingga
terjadi kesesuaian gambar pada tirai tersebut. Dalam hal ini, dia mengatakan,
"Disyaratkan agar lubang itu tidak terlalu lebar sehingga gambar menjadi
buram, dan juga tidak terlalu kecil sehingga kehilangan daya sensitivitasnya
karena cahayanya yang lemah."
D.
Karyanya di Bidang Ilmu Optik
Karya Ibnul Haitsam yang terkenal
dalam ilmu optik ada dua belas buku. Di antara buku itu yang paling penting
adalah "Kitab Al-Manazhir" yang berisi berbagai penemuannya
yang terpenting dalam ilmu optik. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa
Latin pada tahun 1572, dan diterbitkan di Basel, Switzerland, dengan judul "Thesaurus
Opticus" (Rujukan lengkap dalam ilmu optik). Buku ini sangat besar
pengaruhnya bagi pengembangan ilmu optik di Eropa. Di antara karya-karyanya
yang lain dalam ilmu optik adalah sebagai berikut:
1.
"Risalah Fi Al-Ain Wa
Al-Abshar".
2.
"Risalah Fi Al-Maraya Al-Muhriqah
Bi Ad-Dawa'ir".
3.
"Risalah Fi In'ithaf
Adh-Dhau"'.
4.
"Risalah Fi Al-Maraya
Al-Muhriqah Bi Al-Quthu"'.
5.
"Kitab Fi Al-Halah Wa Qaus
Qazah"
Perlu
diketahui bahwa buku-buku Al-Hasan bin Al-Haitsam masih tetap dijadikan rujukan
utama di Eropa dalam ilmu optik hingga abad ketujuh belas. Seorang ilmuwan
Inggris dalam bidang matematika dan teologi, dan guru besar di Universitas
Cambridge, Ishac Barrow (1630-1677) memberikan kuliah tentang masalah-masalah
yang berhubungan dengan Ibnul Haitsam. Sedangkan di antara mahasiswa pada saat
itu terdapat Ishac Newton yang pada suatu ketika akan menjadi ilmuwan terbesar
di Barat hingga munculnya Einstein.
E.
Karya di Bidang Astronomi
Ibnul
Haitsam berhasil memanfaatkan penemuannya dalam ilmu cahaya dan kemampuannya
dalam ilmu matematika untuk mengadakan penelitian dalam ilmu astronomi,
sehingga dia berhasil menemukan beberapa penemuan berikut:
1. Dia
berkesimpulan bahwa bulan bukanlah benda yang memancarkan sinar, melainkan
mendapatkan sinar dari matahari dan memantulkannya ke bumi.
2. Dia
membuat tabel-tabel yang akurat tentang berbagai permasalah dalam ilmu
astronomi.
3. Dia
mencoba menentukan ketidaktebalan lapisan atmosfer bumi dengan menggunakan
basil penelitiannya terhadap pembiasan cahaya antara lapisan-lapisan udara yang
berbeda-beda dan ukuran-ukuran cahaya yang dicatatnya ketika matahari terbit
dan tenggelam. Dan, ini tentu merupakan keberanian ilmiah yang sangat
diperhitungkan.
4. Dia
menjelaskan fenomena munculnya bulan sabit. Demikian juga dengan fenomena
fajar, sinar, lingkaran cahaya, pelangi, gerhana matahari, dan gerhana bulan,
serta menafsirkan sebab-sebab terjadinya berdasarkan penelitiannya dalam ilmu
optik.
5. Dia
mempelajari pengaruh pembiasan cahaya ketika sampai ke atmosfer bumi, sehingga
dia mengetahui jarak antara dua bintang. Dia menjelaskan bahwa ukuran dan jarak
yang tampak semakin kecil bagi kita pada hakekatnya disebabkan oleh pengaruh
pembiasan. Seba-gaimana dia juga menjelaskan bahwa asap, atau lapisan gas yang
tebal di udara, memiliki pengaruh tersendiri bagi diketahuinya dua ukuran
sebelumnya.
6. Dia
menafsirkan kepada kita mengapa bulan dan matahari kadang-kadang nampak
bersamaan di langit atau berdekatan, bahkan nampak semakin besar ketika berada
di tengah-tengah langit. Ini sebenarnya adalah masalah yang terpisah dari dari
penelitian pembiasan, dan penafsiran Ibu Al-Haitsam dalam hal ini merupakan
penafsiran yag dapat diterima hingga sekarang.
7. Dia
berhasil menentukan ketinggian kutub dengan akurat, dan menjelaskannya di dalam
bukunya "Risalah Irtifa' Al-Qutub."Astronom kita, Ridha
Madwar, mengatakan dalam ceramahnya tentang aspek astronomi Ibnul Haitsam dan
menjelaskan kepada para hadirin bahwa penemuan Ibnul Haitsam dalam hal ini
sangat sulit dan memerlukan cara meneropong bintang dan menghitung yang akurat.
Cara menentukan ketinggian qutub ini masih dipergunakan hingga sekarang.
F.
Karyanya di Bidang Astronomi
Ibnul Haitsam menulis sebanyak 17
buku dalam ilmu astronomi, dan di antara buku-buku itu yang sampai kepada kita
hanya berjumlah 12 buku saja. Berikut sebagian nama-nama buku tersebut:
1.
"At-Tanbih Ala Ma Fi Ar-Rashdi
Min Al-Ghalath".
2.
"Irtifa' Al-Kawakib".
3.
"Maqalah Fi Ab'ad Al-Ajram
As-Samawiyyah wa Iqdar I'zhamiha wa Ghairiha".
4.
"Kitab Fi Hai'ati Al-Alam".
5.
"Risalah Fi Asy-Syafaq"
G.
Di Bidang Ilmu Matematika
Al-Hasan bin Al-Haitsam menguasai
ilmu matematika, dan dia menerapkan ilmu ini pada ilmu fisika dan astronomi.
Ketika studi dua ilmu ini memiliki korelasi yang kuat dengan matematika dan
dijadikan sandaran dalam penelitian keduanya, maka ini menjadi bukti yang kuat
bahwa Ibnul Haitsam termasuk pelopor ilmu dan berada di barisan terdepan
bersama para ilmuwan lain yang menonjol dalam bidang fisika dan matematika
secara bersamaan. Mereka itulah para ilmuwan yang telah memprogram akal kita
melalui pencucian otak dan iklan Barat bahwa dalam daftar mereka hanya ada
nama-nama ilmuwan seperti orang-orang Anglo Saxons dan orang-orang Jerman3,
Ishac Newton, Alfred Whitehead, dan Albert Einstein. Adapun penemuan Ibnul
Haitsam dalam ilmu matematika adalah sebagai berikut:
1. Dia
membuat tesis dalam ilmu hitung, aljabar, dan trigonometri serta dua geometri
yang sama. Ini jelas menunjukkan pada kemampuannya yang besar dalam ilmu
matematika.
2. Dia
membuat kesimpulan tentang hukum yang benar mengenai luas bentuk bola, piramid,
silender, potongan, dan potongan melingkar.
3. Dia
memperaktikkan ilmunya dalam bidang optik kepada ilmu aljabar.
4. Para
ilmuwan muslim, di antara Ibnul Haitsam menerapkan ilmu geometri pada logika
dan menyebutnya "Logika Matematika Geometri."
Dalam hal ini, Ibnul Haitsam telah menulis buku, dan ia
mengatakan,
"Dalam buku ini saya
mengumpulkan dasar-dasar geometri dan urutan angka-angka dari buku Euklides dan
Apollonius. Saya membuat dasar-dasar itu secara variatif dan membaginya, lalu
saya membuktikannya dengan bukti-bukti yag saya susun dari masalah-masalah
pendidikan dan logika, sehingga menjadi dasar-dasar yang beraturan antara
Euklides dan Apollonius."
Ini berarti bahwa perkataan Ibnul
Haitsam dalam bukunya adalah dia menyusun teori-teori itu dan menetapkannya
dengan bukti-bukti atau dalil-dalil yang berkelanjutan. Memang ini memerlukan
dua dasar ilmu matematika Yunani itu. Akan tetapi ketika.para ilmuwan muslim
mempelajari warisan intelektual Yunani, mereka menganalisanya, menjelaskannya
dan memberikan penambahan yang sangat banyak sehingga hasil penemuan mereka
berdasarkan teori yang ada menjadi revolusi ilmiah yang besar dalam bidang
penelitian dan penulisan buku. Jadi mereka bukan hanya sekedar "tukang
pos" antara peradaaan Yunani dan Barat, seba-gaimana yang dikatakan oleh
para ahli sejarah di Barat.
Dalam hal itu semua, Ibnul Haitsam
bukanlah seorang yang dangkal ilmunya dalam bidang matematika, melainkan dia
adalah seorang spesialis ilmu matematika sejati. Barangkali sebagian peranannya
dalam menyelesaikan berbagai persoalan ilmu matematika dapat menjadi bukti bagi
dirinya, misalnya:
Masalah geometri yang diselesaikan
oleh Ibnul Haitsam: "Bagaimana anda menggambar dua garis lurus dari dua
titik yang harus ada di dalam lingkaran tertentu sehingga kedua garis itu
membentuk dua sudut yang sama dengan yang digambar dari titik yang ada di
sekelilingnya?"
Masalah susunan angka-angka (bilangan) yang telah
diselesaikan oleh Ibnul Haitsam:
"Apa bilangan genap yang dapat
dibagi 7, dan apabila dibagi 2, 3, 4, 5, dan 6 maka sisa pembagian itu
selamanya dan dalam keadaan apapun adalah bilangan genap?"
H.
Karyanya di Bidang Ilmu Matematika
Berikut sebagian karya Ibnul Haitsam dalam ilmu matematika:
Dalam ilmu hitung
1.
"Al-Jami'Fi Ushul
Al-Hisab".
2.
"Ilal Al-Hisab Al-Hindi"
Dalam ilmu aljabar
1.
"Ta'liq Ala Ilm Al-Jabar"
Dalam ilmu geometri
Dia memiliki sebanyak 58 karya dalam
ilmu geometri dan hanya 21 buku yang sampai kepada kita, di antaranya:
1.
"Al-Mukhtashar Fi Ilm
Al-Handasah".
2.
"Tarbi' Ad-Da'irah"
Makalah yang berisi tentang tesis
bahwa bulatan (sesuatu yang bulat seperti bola) merupakan bentuk benda yang
paling luas yang sekelilingnya sama, dan lingkaran merupakan bentuk benda datar
yang paling luas yang sekelilingnya sama.
1.
Al-Asykal Al-Hilaliyah"
I.
Bidang Keilmuan Lainnya
Al-Hasan bin Al-Haitsam juga
menonjol dalam ilmu filsafat, logika, psikologi, teologi, akhlak, dan bahasa.
Dalam hal itu semua, dia telah mengarang sebanyak 40 buku. Sebagaimana dia juga
memiliki beberapa karya tulis dalam bidang kedokteran, sekalipun dia tidak
menjadikan dokter sebagai profesinya.
Ahli
sejarah kedokteran dan ilmu pengetahuan, Ibnu Abi Ushaibi'ah mengatakan dalam
bukunya "Uyunul Anba' Fi Thabaqat Al-Athibba'” bahwa Ibnul Haitsam
memiliki lebih dari dua ratus karya tulis. Akan tetapi yang sangat disayangkan,
kebanyakan dari buku-buku ini telah hilang dan tidak sampai kepada kita kecuali
sedikit.
J.
Kejeniuasan Ibnul Haitsam dalam
Pengakuan Orang Barat
1.
Heward Aiper mengatakan dalam bukunya
"Tarikh Ar-Riyadhiyyat": "Tidak diragukan bahwa Ibnul Haitsam
adalah seorang ilmuwan muslim terkemuka dalam ilmu matematika pada masanya dan
seorang fisikawan muslim terkemuka sepanjang sejarah. Kontribusinya bagi ilmu
optik tidak dapat dilupakan."
2.
George Sarton mengatakan dalam
bukunya "Muqaddimah Li Tarikh Al-Ilm": "Ibnul Haitsam adalah
ilmuwan terkemuka di Arab dalam ilmu fisika, bahkan dia adalah seorang
fisikawan terkemuka pada masa abad pertengahan, dan termasuk salah satu ilmuwan
dalam ilmu optik yang sangat sedikit jumlahnya di dunia.
3.
Killy mengatakan dalam bukunya
"Tarikh Al-Falak": "Ibnul Haitsam banyak membuat penemuan dan
yang terpenting adalah teori kesesuain. Teori ini bertentangan dengan apa yang
dikatakan oleh Al-Khawarizmi dan semua ilmuwan lainnya. Dia menjelaskan teori
itu disertai dengan dalil-dalil yang akurat."
4.
Seorang orientalis Jerman, Zigrid
Hunke, mengatakan dalam bukunya "Syams Allah Tastha' Ala Al-Gharb":
"Ibnul Haitsam adalah salah seorang dari ilmuwan Arab terkemuka dan yang
paling berpengaruh di Barat." Dia juga mengatakan: "Ibnul Haitsam
adalah orang yang pertama kali melakukan eksperimen dengan menggunakan
"perangkat lubang" atau "ruang gelap" yang pada hakekatnya
merupakan bentuk awal dari kamera yang ada sekarang. Dia berhasil membuktikan bahwa
cahaya menyebar pada garis-garis yang lurus. Dia hampir saja tidak percaya
ketika matanya melihat gambar dunia terbalik ketika dipantulkan. Eskprimen yang
sama kemudian dilakukan oleh seniman Itali, Leonardo Da Vinci, yang hidup
antara tahun 1452 hingga tahun 1518M. Kedua orang ini terpisah oleh waktu
hampir lima abad lamanya."
5.
Dolaporta mengatakan tentang Fetlo,
yang menerjemahkan buku "Al-Manazhir" karangan Ibnul Haitsam:
"Fetlo telah keliru dalam mengutip perkataan Ibnul Haitsam, karena dia
hanyalah kera yang meniru. Padahal buku yang telah diterjemahkan ini telah
dijadikan rujukan oleh orang-orang Eropa dalam ilmu optik selama abad
pertengahan."
6.
Jack Resler mengatakan dalam bukunya
"Al-Hadharah Al-Arabiyyah": "Al-Hasan bin Al-Haitsam yang hidup
di Cairo antara tahun 965 - 1039M telah membuat lompatan yang besar bagi
pengembangan ilmu optik dan fisiologi mata. Penelitiannya dalam ilmu optik yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Itali menjadi sumber inspirasi bagi
para ilmuwan dalam bidang fisika. Ibnul Haitsam adalah penemu lensa sejak dini
mendahului Roger Bacon, Fetlo, dan para ilmuwan Eropa lainnya, bahkan mereka
bergantung pada usahanya setelah tiga abad kemudian. Terutama dalam
penelitiannya yang secara khusus berhubungan dengan mikroskop dan teleskop.
Ketika Ibnul Haitsam mengkritik teori Euklides dan Ptolemaeus tentang
penglihatan, dia mampu memberikan penjelasan yang akurat tentang mata, lensa
dan penglihatan melalui pembuktian kedua mata. Dan, dia juga memaparkan dengan
benar tentang fenomena pembiasan cahaya. Dialah orang yang pertama kali
melakukan eksrprimen dengan menggunakan alat yang disebut "ruang
gelap" yang merupakan dasar penemuan fotografi. Pada abad kesembilan
belas, seorang ilmuwan dalam bidang matematika, Chal menganggap bahwa
"penelitian Ibnul Haitsam berasal pengetahuan kita tentang ilmu
optik". Sedangkan astronom Bijurdan menjustifasikasi bahwa teori Ibnul
Haitsam tentang ilmu optik menggungguli teori Ptolemaeus. (Sebenarnya bukan
hanya mengungguli teori Ptolemaeus, karena teori Ibnul Haitsam yang kita
ketahui sekarang merupakan penemuan ilmiah yang benar dan menutupi teori
Ptolemaeus, bahkan menggugurkannya secara keseluruhan). Karena dia mengamatinya
secara khusus dan mampu menyelesaikan permasalahannya dengan analisa yang
tepat."
DAFTAR PUSTAKA
http://ensiklopedi-alquran.com/index.php/tokoh-tokoh-islam/1911-al-hasan-bin-al-haitsam. Diakses
tanggal 04 Oktober 2014 10:39
http://forum.arrahmah.com/forum/islam-dan-kaum-muslimin/sejarah-islam/563-ilmuwan-islam-al-hasan-bin-al-haitsam. Diakses
tanggal 04 Oktober 2014 10:58
http://membukamisteri.blogspot.com/2006/10/ibnu-al-haitsam-sejarah-penemuan-optik.html. Diakses
tanggal 04 Oktober 2014 11:25
EmoticonEmoticon