SOAL UAS FILSAFAT ISLAM SANTRI21



1.      Epistemologi keilmuan Islam adalah merupakan asas mengenai cara bagaimana materi pengetahuan yang menjelaskan tentang keilmuan Islam dan beberapa aspek yang termasuk di dalamnya yang diperoleh dan disusun menjadi suatu tubuh pengetahuan yang meliputi sumber dan sarana untuk mencapai ilmu pengetahuan. Adapun pendekatan/ metode perolehan pengetahuan dalam Islam, sebagai berikut :
a.    Wahyu, Di mana pengetahuan yang didapatinya tidak lagi berdasarkan penalaran melainkan kepada keyakinan dan kepercayaan dirinya tentang sesuatu yang diyakini. Dengan perantara manusia pilihan dan memiliki kedudukan yang tinggi dapat menjembatani hubungan manusia dengan alam ghaib.
b.    Akal serta pemikiran, suatu konsep atau pengertian dari objek yang ingin diketahui, maka pengetahuan di sini sama dengan kognisi. Dalam ruang lingkup yang terbatas dan sesuai dengan landasan serta dasar-dasarnya yang khusus, akal dapat menyingkap hakikat dengan pasti dan yakin.
c.    Hati/Intuisi, Berfikir dengan menggunakan hati, yaitu dengan menempuh maqomat dan ahwal. Dalam hal ini MM. Syarif membedakan antara pengetahuan intuitif dengan wahyu, intuisi bisa terdapat pada setiap orang, sedangkan wahyu adalah penegtahuan yang diberikan Tuhan kepada para Nabi.
Dalam kajian epistemologi barat, terdapat  tiga aliran pokok pemikiran, yakni empirisme, rasionalisme dan intuitisme. Sementara itu, dalam pemikiran filsafat Hindu dinyatakan bahwa kebenaran bisa didapatkan dari tiga macam, yakni teks suci, akal dan pengalaman probadi. Dalam kajian pemikiran Islam terdapat juga beberapa aliran besar dalam kaitannya dengan teori pengetahuan (epistemologi).
Al-jabiri dengan trilogi epistemologinya mencoba mendasari keilmuan dengan tiga hal, bayani, irfani dan burhani, yang menjadi epistemologi Islam.Jabiri mampu membangun wacana epistemologi dengan trilogi pemikirannya, Pertama, epistemology bayani, adalah metode pemikiran khas arab yang didasarkan atas otoritas teks (nash) yakni al-Qur’an dan hadits, secara langsung ataupun tidak langsung. Kedua, Epistemologi Irfani, pengetahuan ini didasarkan atas pada tersingkapnya rahasia-rahasia realitas oleh Tuhan (kasyf). karena itu, pengetahuan irfani tidak diperoleh berdasarkan analisa teks tetapi dengan olah ruhani, di mana dengan kesucian hati, diharapkan Tuhan akan melimpahkan pengetahuan langsung kepadanya. Ketiga, Epistemologi Burhani. berbeda Burhani menyandarkan diri dari kekuatan rasio/akal, yang dilakukan lewat dalil-dalil logika. perbandingan ketiga epistemologi ini adalah bahwa bayani menghasilkan pengetahuan lewat analogi furu’ kepada asal, irfani menghasilkan pengetahuan lewat proses penyatuan ruhani pada Tuhan, burhani menghasilkan pengetahuan melalui prinsip-prinsip logika atas pengetahuan sebelumnya yang telah diyakini kebenarannya.
2.    Metafisika
a.    Objek material filsafat adalah segala-gala yang ada, dan menembus inti atau hakikat segalanya. Sedangkan objek formalnya adalah yang ada sebagai yang ada, atau yang ada sebagaimana adanya. Oleh karenanya metafisika membahas makna dan hakekat segala realitas, yang akan menjadi dasar pembahsan semua macam pengetahuan. Realitas yang dibicarakan dalam metafisika adalah:
1.      Tuhan, pembahasan ini tidak berbeda dengan kajian teologi. Pada konteks ini Tuhan harus diposisikan sebagai dzat yang metafisik murni, atau ghaib al-mutlak dan puncak serta sumber segala realitas metafisik dan yang fisik.
2.      Makhluk-makhluk Tuhan yang tidak tampak (malikat , jin , syetan) malaikat, jin dan syetan sebagai makhluk yang berada di bawah kendali Yang Maha Metafisik. (Allah).
3.      Manusia, berkenaan dengan materi manusia, unsur-unsur dan potensi manusia yang meliputi : akal , jiwa/ruh, hati, orbit, ksadaran, cipta dan angan-angannya serta perilakunya.
4.      Alam, yang meliputi alam ghaib mulai alam mimpi, kubur, makhsyar, mizan, sampai surga neraka. Berkenaan dengan alam materi yang menjadi bahan kajian adalah masalah orbitnya dan kekuatan atau energi yang dikandungnya.
5.      Konsep-konsep pemikiran atau ide filosofis seperti masalah kebahagiaan, kesetaraan, kebaikan, kejahatan, dan sebagainya.
b.    Tujuan mempelajari metafisika :
1.      Menentukan konsepi dasar umat mengenai alam jagad raya,psikologis, epistemologi, etika bahkan logika.
2.      Mengetahui hakekat yang ada pada nafs Tuhan, tentang keghaiban para malaikat, jin dan penalaran yang kita capai pada puncak pengetahuan alam ghaib.
3.      Mengerti adanya beberapa alam yang ada selain alam dunia yaitu, alam setelah kematian. Adanya alam kubur, alam barzah, surga dan neraka dan akhirnya kembali pada pemilik ruh yaitu Tuhan.
4.      Mengetahui intisari ketauhidan/keimanan.
6.      Untuk memperkokoh landasan keimanan.
7.      Untuk mengharmoniskan antara ilmu yang berbasis agama dan ilmu umum.

c.       Salah satu  madzhab pemikiran dalam kajian metafisika adalah madzhab rasional religius yang mendamaikan atau mencari titik temu antara keduanya, antara wahyu dan rasio, antara agama dan filsafat serta sains Mereka berpandangan bahwa antara filsafat dan agama tidak saling bertentangan, bahkan saling melengkapi. salah satu tokohnya seperti al-Kindi. Al-Kindi adalah orang Islam yang pertama yang mengupayakan pemaduan atau keselarasan antara filsafat dan agama, atau antara akal dan wahyu. Al Kindy mengakui bahwa agama dan filsafat adalah dua hal yang berbeda dari aspek sumber maupun muatannya.  Filsafat berasal dari pengetahuan diskursif sedangkan agama berasal dari wahyu ilahi. Meski demikian, tujuan tertinggi keduanya adalah sama yaitu ilmu ketuhanan (metafisika) yang disebut sebagai ilmu kebenaran pertama, sehingga tujuan agama dan filsafat adalah sama
Relevansi positifnya terhadap pendidikan Islam:
o  Membingkai antara ilmu-ilmu agama yang bersumber pada teks-teks (Hadhaaratun Nashsh), sains yang bersumber pada ilmu-ilmu alam (Hadhaaratul ‘Ilm) dan filsafat (Hadhaaratul Falsafah) dalam satu organ agar bisa saling bertegur sapa serta dapat berintegrasi dan berinterkoneksi antara satu dengan yang lainnya.
o  Menjadikan landasan pendidikan agar ilmu-ilmu yang tidak bersifat sekuler, namun setiap ilmu pengetahuan yang berkembang didasari pada paham ketuhanan, sehingga ilmu pengetahuan tidak berorientasi pada hal-hal yang bersifat materi saja tetapi juga immateri, sehingga nantinya hasil pendidikan tidak bersifat sekuler namun menggabungkan keduanya dalam satu bingkai atau dalam bahasa Amin Abdullah disebut sebagai Dedifferensiasi (meniadakan pembedaan antara ilmu-ilmu agama dengan sains modern).
o  Menghapus dikotomi ilmu pengetahuan oleh Modernisme dan sekularisme yang menghendaki differensiasi (pembedaan) yang ketat dalam berbagai bidang kehidupan.

3.    Konsep kesenian menurut perspektif Islam ialah membimbing manusia ke arah konsep tauhid dan pengabadian diri kepada Allah s.w.t. Seni dibentuk untuk melahirkan manusia yang benar-benar baik dan beradab. Selain itu, seni juga seharusnya lahir sebagai satu proses pendidikan yang bersifat positif dan tidak melanggar  batas-batas syariat.
Adapun prinsip-prinsip seni dalam Islam adalah sebagai berikut:
a.       Mengangkat martabat insan dengan tidak meninggalkan nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai syariat. Manusia menjadi seniman yang mengorientasikan segala unsur kesenian untuk tunduk serta patuh kepada keridhaan Allah swt.
b.      Mementingkan persoalan akhlak dan kebenaran yang menyentuh aspek-aspek estetika, kemanusiaan, moral.
c.       Kesenian Islam menghubungkan keindahan sebagai nilai yang tergantung kepada keseluruhan kebenaran Islam itu sendiri. Menurut Islam, kesenian yang mempunyai nilai tertinggi ialah yang mendorong ke arah ketaqwaan, kema'rufan, kebenaran.
d.      Kesenian Islam terpancar dari wahyu Allah, sama seperti undang-undang Allah dan SyariatNya. Hal ini berarti ia harus berada di bawah lingkungan dan peraturan wahyu. yang membedakan kesenian Islam dan kesenian bukan Islam. 
e.       Kesenian Islam menghubungkan manusia dengan Tuhan, alam sekitar dan sesama manusia serta makhluk lainnya.
4.    ¾
5.    Nama lengkap Ibn  Rusyd yaitu Muhammad bin Ahmad bin Muhammad yang bergelar Abul Walied, nama panggilannya Ibn Rusyd  kelahiran  Cordova pada tahun 520 H / 1126 M.  Ibn Rusyd adalah seorang filosof Islam  terbesar yang dibelahan barat dunia di Eropa pada zaman pertengahan dengan sebutan “Averrois”.
Tahafut at-Tahafut.  Buku ini terkenal dalam lapangan filsafat dan Ilmu Kalam. Buku ini ditujukan untuk membela filsafat dari serangan Al-Ghazali dalam bukunya Tahafut al-Falalasifah. Buku Tahafut at-Tahafut berkali-kali diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman, dan terjemahannya ke dalam Bahasa Inggris oleh Van De Berg terbit pada tahun 1952 M.
Sementara itu, Ibn Rusyd juga memberikan sanggahan kepada al-Ghazali yang mengkafirkan para filosof.  Tidak terlepas dari itu, Ibn Rusyd juga memberikan tanggapan terhadap pandangan al-Ghazali menyangkut hukum kausalitas dan mukjizat.
Tidak terlepas dari teori emanasi (pancaran), Ibn Rusyd juga mengkritik para filosof muslim yang mengatakan bahwa dari yang Satu, Esa, hanya melimpah satu. Bagi Ibn Rusyd, yang melimpah dari Tuhan yang Esa tidak harus satu, tetapi juga lebih dari satu.
Sebagai ilmuan besar, pengaruh Ibn Rusyd menjalar sampai ke Eropa. 
Dalam masalah ini timbul pertanyaan : Apakah alam ini ada permulaan terjadinya atau tidak?
Dalam ini Ibnu Rusyd mengemukakan bahwa  alam ini azali tanpa ada permulaan.  Dengan demikian  berarti bahwa bagi Ibnu Rusyd ada dua hal yang azali, yaitu Tuhan dan alam ini. Hanya saja bagi Ibnu Rusyd keazalian Tuhan itu berbeda dari keazalian alam, sebab keazalian Tuhan lebih utama dari keazalian alam. Untuk membela pendapatnya, Ibnu Rusyd mengeluarkan argumen sebagai berikut : Seandainya alam ini tidak azali, ada permulaannya maka ia hadits (baru), mesti ada yang menjadikannya, dan yang menjadikannya itu harus ada pula yang menjadikannya lagi, demikianlah seterusnya tanpa ada habis-habisnya. Padahal keadaan berantai demikian (tasalsul) dengan tidak ada putusnya, tidak akan dapat diterima oleh akal pikiran. Jadi mustahil kalau alam itu hadits (baru).
Oleh karena di antara Tuhan dengan alam ini ada hubungan meskipun tidak sampai pada soal-soal rincian, padahal Tuhan azali dan Tuhan yang azali itu tidak akan berhubungan kecuali dengan yang azali pula, maka seharusnya alam ini azali meskipun keazaliannya kurang utama dari keazalian Tuhan.
Ibn Rusyd lebih dikenal dan berpengaruh besar di Eropa sebagai intelek yang telah menjembatani orang-orang Barat dalam mempelajari kembali filsafat Yunani secara orisinil setelah lama terkubur di abad pertengahan. Sehingga muncullah aufklarung (Renaissan) setelah lama terjadi kemandekan dan pergulatan. Di sini Ibn Rusyd sebagai komentator terbesar karya Aristoteles banyak berperan.




EmoticonEmoticon