1.
Epistemologi keilmuan Islam adalah merupakan asas mengenai cara
bagaimana materi pengetahuan yang menjelaskan tentang keilmuan Islam dan
beberapa aspek yang termasuk di dalamnya yang diperoleh dan disusun menjadi
suatu tubuh pengetahuan yang meliputi sumber dan sarana untuk mencapai ilmu
pengetahuan. Adapun pendekatan/ metode perolehan pengetahuan dalam Islam,
sebagai berikut :
a.
Wahyu, Di mana pengetahuan yang didapatinya tidak lagi berdasarkan
penalaran melainkan kepada keyakinan dan kepercayaan dirinya tentang sesuatu
yang diyakini. Dengan perantara manusia pilihan dan memiliki kedudukan yang
tinggi dapat menjembatani hubungan manusia dengan alam ghaib.
b.
Akal serta pemikiran, suatu konsep atau pengertian dari objek yang
ingin diketahui, maka pengetahuan di sini sama dengan kognisi. Dalam ruang
lingkup yang terbatas dan sesuai dengan landasan serta dasar-dasarnya yang
khusus, akal dapat menyingkap hakikat dengan pasti dan yakin.
c.
Hati/Intuisi, Berfikir dengan menggunakan hati, yaitu dengan
menempuh maqomat dan ahwal. Dalam hal ini MM. Syarif membedakan antara
pengetahuan intuitif dengan wahyu, intuisi bisa terdapat pada setiap orang,
sedangkan wahyu adalah penegtahuan yang diberikan Tuhan kepada para Nabi.
Dalam
kajian epistemologi barat, terdapat tiga
aliran pokok pemikiran, yakni empirisme, rasionalisme dan intuitisme. Sementara
itu, dalam pemikiran filsafat Hindu dinyatakan bahwa kebenaran bisa didapatkan
dari tiga macam, yakni teks suci, akal dan pengalaman probadi. Dalam kajian
pemikiran Islam terdapat juga beberapa aliran besar dalam kaitannya dengan
teori pengetahuan (epistemologi).
Al-jabiri dengan trilogi epistemologinya mencoba mendasari keilmuan dengan tiga hal,
bayani, irfani dan burhani, yang menjadi epistemologi Islam.Jabiri mampu
membangun wacana epistemologi dengan trilogi pemikirannya, Pertama,
epistemology bayani, adalah metode pemikiran khas arab yang didasarkan atas
otoritas teks (nash) yakni al-Qur’an dan hadits, secara langsung ataupun tidak
langsung. Kedua, Epistemologi Irfani, pengetahuan ini didasarkan atas
pada tersingkapnya rahasia-rahasia realitas oleh Tuhan (kasyf). karena itu,
pengetahuan irfani tidak diperoleh berdasarkan analisa teks tetapi dengan olah
ruhani, di mana dengan kesucian hati, diharapkan Tuhan akan melimpahkan
pengetahuan langsung kepadanya. Ketiga, Epistemologi Burhani. berbeda
Burhani menyandarkan diri dari kekuatan rasio/akal, yang dilakukan lewat
dalil-dalil logika. perbandingan ketiga epistemologi ini adalah bahwa bayani
menghasilkan pengetahuan lewat analogi furu’ kepada asal, irfani menghasilkan
pengetahuan lewat proses penyatuan ruhani pada Tuhan, burhani menghasilkan
pengetahuan melalui prinsip-prinsip logika atas pengetahuan sebelumnya yang telah
diyakini kebenarannya.
2.
Metafisika
a.
Objek material filsafat adalah segala-gala yang ada, dan menembus
inti atau hakikat segalanya. Sedangkan objek formalnya adalah yang ada sebagai
yang ada, atau yang ada sebagaimana adanya. Oleh karenanya metafisika membahas
makna dan hakekat segala realitas, yang akan menjadi dasar pembahsan semua
macam pengetahuan. Realitas yang dibicarakan dalam metafisika adalah:
1.
Tuhan, pembahasan ini tidak berbeda dengan kajian
teologi. Pada konteks ini Tuhan harus diposisikan sebagai dzat yang metafisik
murni, atau ghaib al-mutlak dan puncak serta sumber segala realitas metafisik
dan yang fisik.
2.
Makhluk-makhluk Tuhan yang tidak tampak (malikat , jin ,
syetan) malaikat, jin dan syetan sebagai makhluk yang berada di bawah kendali
Yang Maha Metafisik. (Allah).
3.
Manusia, berkenaan dengan materi manusia, unsur-unsur dan
potensi manusia yang meliputi : akal , jiwa/ruh, hati, orbit, ksadaran, cipta
dan angan-angannya serta perilakunya.
4.
Alam, yang meliputi alam ghaib mulai alam mimpi, kubur,
makhsyar, mizan, sampai surga neraka. Berkenaan dengan alam materi yang menjadi
bahan kajian adalah masalah orbitnya dan kekuatan atau energi yang
dikandungnya.
5.
Konsep-konsep pemikiran atau ide filosofis seperti
masalah kebahagiaan, kesetaraan, kebaikan, kejahatan, dan sebagainya.
b.
Tujuan mempelajari metafisika :
1.
Menentukan konsepi dasar umat mengenai alam jagad raya,psikologis,
epistemologi, etika bahkan logika.
2.
Mengetahui hakekat yang ada pada nafs Tuhan, tentang keghaiban para
malaikat, jin dan penalaran yang kita capai pada puncak pengetahuan alam ghaib.
3.
Mengerti adanya beberapa alam yang ada selain alam dunia yaitu,
alam setelah kematian. Adanya alam kubur, alam barzah, surga dan neraka dan
akhirnya kembali pada pemilik ruh yaitu Tuhan.
4.
Mengetahui intisari ketauhidan/keimanan.
6.
Untuk memperkokoh landasan keimanan.
7.
Untuk mengharmoniskan antara ilmu yang berbasis agama dan ilmu
umum.
c.
Salah satu madzhab pemikiran
dalam kajian metafisika adalah madzhab rasional religius yang mendamaikan atau mencari titik temu antara
keduanya, antara wahyu dan rasio, antara agama dan filsafat serta sains Mereka berpandangan bahwa antara
filsafat dan agama tidak saling bertentangan, bahkan saling melengkapi. salah
satu tokohnya seperti al-Kindi. Al-Kindi adalah orang Islam yang pertama yang
mengupayakan pemaduan atau keselarasan antara filsafat dan agama, atau antara
akal dan wahyu. Al Kindy mengakui bahwa agama dan filsafat adalah dua hal yang berbeda dari
aspek sumber maupun muatannya. Filsafat
berasal dari pengetahuan diskursif sedangkan agama berasal dari wahyu ilahi.
Meski demikian, tujuan tertinggi keduanya adalah sama yaitu ilmu ketuhanan
(metafisika) yang disebut sebagai ilmu kebenaran pertama, sehingga tujuan agama
dan filsafat adalah sama
Relevansi
positifnya terhadap pendidikan Islam:
o Membingkai antara ilmu-ilmu agama yang bersumber
pada teks-teks (Hadhaaratun Nashsh), sains yang bersumber pada ilmu-ilmu
alam (Hadhaaratul ‘Ilm) dan filsafat (Hadhaaratul Falsafah) dalam
satu organ agar bisa saling bertegur sapa serta dapat berintegrasi dan
berinterkoneksi antara satu dengan yang lainnya.
o Menjadikan
landasan pendidikan agar ilmu-ilmu yang tidak bersifat sekuler, namun setiap ilmu
pengetahuan yang berkembang didasari pada paham ketuhanan, sehingga ilmu
pengetahuan tidak berorientasi pada hal-hal yang bersifat materi saja tetapi
juga immateri, sehingga nantinya hasil pendidikan tidak bersifat sekuler namun menggabungkan keduanya dalam satu bingkai atau dalam bahasa Amin Abdullah
disebut sebagai Dedifferensiasi (meniadakan pembedaan antara ilmu-ilmu
agama dengan sains modern).
o Menghapus dikotomi ilmu
pengetahuan oleh Modernisme dan sekularisme yang menghendaki differensiasi (pembedaan) yang
ketat dalam berbagai bidang kehidupan.
3.
Konsep kesenian menurut perspektif Islam ialah
membimbing manusia ke arah konsep tauhid dan pengabadian diri kepada Allah
s.w.t. Seni dibentuk untuk melahirkan manusia yang benar-benar baik dan beradab.
Selain itu, seni juga seharusnya lahir sebagai satu proses pendidikan yang
bersifat positif dan tidak melanggar
batas-batas syariat.
Adapun prinsip-prinsip seni dalam Islam adalah
sebagai berikut:
a.
Mengangkat
martabat insan dengan tidak meninggalkan nilai-nilai kemanusiaan dan
nilai-nilai syariat. Manusia menjadi seniman yang mengorientasikan segala unsur
kesenian untuk tunduk serta patuh kepada keridhaan Allah swt.
b.
Mementingkan
persoalan akhlak dan kebenaran yang menyentuh aspek-aspek estetika, kemanusiaan,
moral.
c.
Kesenian Islam
menghubungkan keindahan sebagai nilai yang tergantung kepada keseluruhan
kebenaran Islam itu sendiri. Menurut Islam, kesenian yang mempunyai nilai
tertinggi ialah yang mendorong ke arah ketaqwaan, kema'rufan, kebenaran.
d.
Kesenian Islam
terpancar dari wahyu Allah, sama seperti undang-undang Allah dan SyariatNya.
Hal ini berarti ia harus berada di bawah lingkungan dan peraturan wahyu. yang
membedakan kesenian Islam dan kesenian bukan Islam.
e.
Kesenian Islam
menghubungkan manusia dengan Tuhan, alam sekitar dan sesama manusia serta
makhluk lainnya.
4.
¾
5.
Nama lengkap Ibn Rusyd yaitu Muhammad
bin Ahmad bin Muhammad yang bergelar Abul Walied, nama panggilannya Ibn
Rusyd kelahiran Cordova pada tahun 520 H / 1126 M. Ibn Rusyd adalah seorang filosof Islam
terbesar yang dibelahan barat dunia di Eropa pada zaman pertengahan dengan
sebutan “Averrois”.
Tahafut
at-Tahafut. Buku ini terkenal dalam lapangan filsafat dan Ilmu
Kalam. Buku ini ditujukan untuk membela filsafat dari serangan Al-Ghazali dalam
bukunya Tahafut al-Falalasifah. Buku Tahafut at-Tahafut berkali-kali
diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman, dan terjemahannya ke dalam Bahasa Inggris
oleh Van De Berg terbit pada tahun 1952 M.
Sementara itu,
Ibn Rusyd juga memberikan sanggahan kepada al-Ghazali yang mengkafirkan para
filosof. Tidak terlepas dari itu, Ibn
Rusyd juga memberikan tanggapan terhadap pandangan al-Ghazali menyangkut hukum
kausalitas dan mukjizat.
Tidak terlepas
dari teori emanasi (pancaran), Ibn Rusyd juga mengkritik para filosof muslim
yang mengatakan bahwa dari yang Satu, Esa, hanya melimpah satu. Bagi Ibn Rusyd, yang melimpah
dari Tuhan yang Esa tidak harus satu, tetapi juga lebih dari satu.
Sebagai ilmuan besar, pengaruh Ibn Rusyd menjalar sampai ke Eropa.
Dalam
masalah ini timbul pertanyaan : Apakah alam ini ada permulaan terjadinya atau
tidak?
Dalam ini Ibnu Rusyd mengemukakan bahwa
alam ini azali tanpa ada permulaan. Dengan demikian berarti
bahwa bagi Ibnu Rusyd ada dua hal yang azali, yaitu Tuhan dan alam ini. Hanya
saja bagi Ibnu Rusyd keazalian Tuhan itu berbeda dari keazalian alam, sebab
keazalian Tuhan lebih utama dari keazalian alam. Untuk membela pendapatnya,
Ibnu Rusyd mengeluarkan argumen sebagai berikut : Seandainya alam ini tidak
azali, ada permulaannya maka ia hadits (baru), mesti ada yang menjadikannya,
dan yang menjadikannya itu harus ada pula yang menjadikannya lagi, demikianlah
seterusnya tanpa ada habis-habisnya. Padahal keadaan berantai demikian
(tasalsul) dengan tidak ada putusnya, tidak akan dapat diterima oleh akal
pikiran. Jadi mustahil kalau alam itu hadits (baru).
Oleh karena di antara Tuhan dengan alam ini ada
hubungan meskipun tidak sampai pada soal-soal rincian, padahal Tuhan azali dan
Tuhan yang azali itu tidak akan berhubungan kecuali dengan yang azali pula,
maka seharusnya alam ini azali meskipun keazaliannya kurang utama dari
keazalian Tuhan.
Ibn Rusyd lebih
dikenal dan berpengaruh besar di Eropa sebagai intelek yang telah menjembatani
orang-orang Barat dalam mempelajari kembali filsafat Yunani secara orisinil
setelah lama terkubur di abad pertengahan. Sehingga muncullah aufklarung (Renaissan)
setelah lama terjadi kemandekan dan pergulatan. Di sini Ibn Rusyd sebagai
komentator terbesar karya Aristoteles banyak berperan.
EmoticonEmoticon