MAKALAH
PENGERTIAN
ILMU AKHLAK
DAN
HUBUNGANNYA DENGAN ILMU LAIN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Ilmu Akhlak
Program Studi Pendidikan Agama Islam
(PAI)
Jurusan Tarbiyah STAIN Pekalongan
Dosen pengampu : Ismail,
Drs. H,. M.Ag
Oleh
:
1. Ali Imron (2021114144)
2. Fatchurahman Ali (2021114145)
3. Tutik Saniyah (2021114146)
4. Selfi Shochifatul Islah (2021114147)
Kelas
: C
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2014
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi
Allah yang telah memberikan kemudahan kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah materi mata kuliah Ilmu BudayaDasar kami yang
berjudul “Ilmu Akhlak dan Hubungannya
Dengan Ilmu Lain”. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada
Rasulullah Muhammad saw., beserta keluarga, sahabat dan orang-orang yang
mengikutinya hingga hari kiamat.
Makalah ini
menjelaskan tentang pengertian ilmu akhlak dan hubungannya dengan ilmu lain. Dengan
demikian materi makalah ini diharapkan dapat membantu proses belajar mahasiswa.
Teriring ucapan
terima kasih kepada Bapak Ismail selaku pembimbing kami dalam pembelajaran mata
kuliah Ilmu Akhlak, juga kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan serta
motivasi kepada kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari
bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun guna
perbaikan dan peningkatan kualitas makalah di masa yang akan datang dari
pembaca adalah sangat berharga bagi kami.
Demikian
makalah ini kami susun, semoga makalah ini bisa menambah keilmuan dan
bermanfaat bagi kita semua serta menjadi tambahan referensi bagi penyusunan
makalah dengan tema yang senada diwaktu yang akan datang. Aamiin yaa robbal
‘alamin.
Pekalongan,
03 september 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Judul ................................................................................................. i
Kata
Pengantar ................................................................................................ ii
Daftar
Isi ......................................................................................................... iii
Bab
I Pendahuluan .......................................................................................... 1
A.
Bab
II Pembahasan .......................................................................................... 3
A. Pengertian Ilmu Akhlak ....................................................................... 3
B. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Lain ......................................... 4
Bab
III Penutup ............................................................................................... 14
A. Kesimpulan .......................................................................................... 14
DAFTAR
PUSTAKA ..................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
B.
Rumusan Masalah
Bardasarkan latar belakang tersebut
perlu kiranya merumuskan masalah sebagai pijakan untuk terfokusnya kajian
makalah ini. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut:
1.
Apa pengertian Ilmu Akhlak?
2.
Bagaimana hubungan ilmu akhlak dengan imu lain?
C.
Metode Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah yang dilakukan
melalui study literatur atau metode kajian pustaka, yaitu dengan menggunakan
beberapa referensi lainnya yang merujuk pada permasalahan yang dibahas.
Langkah-langkah pemecahan masalahnya dimulai dengan menentukan masalah yang
akan dibahas dengan melakukan perumusan masalah, melakukan langkah-langkah
pengkajian masalah, penentuan tujuan dan sasaran, perumusan jawaban
permasalahan dari berbagai sumber, dan penyintesisan serta pengorganisasian
jawaban permasalahan.
D.
Sistematika Penulisan Makalah
Makalah ini ditulis dalam tiga bagian,
meliputi: Bab I Pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang masalah,
perumusan masalah, metode pemecahan masalah, dan sistematika penulisan makalah;
Bab II, adalah Pembahasan; Bab III, bagian penutup yang terdiri dari simpulan
dan saran.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian akhlak dan ilmu akhlak
Secara etimologi kata akhlak berasal dari bahasa arab (أخلاق) akhlak dalam bentuk jamak, sedang mufradnya adalah (خلق) khuluq yang
berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi’at. Berakar dari
kata khalaqa yang artinya menciptakan. Kemudian seakar dengan kata khaliq
(pencipta) makhluk (yang diciptakan) dan kalq (penciptaan). Selanjutnya
makna akhlak secara etimologis akan dikupas lebih mendalam.
Kata khuluq (bentuk mufrad dari akhlaq) ini berasal
dari fi’il madhi khalaqa yang dapat mempunyai bermacam-macamarti
tergantung pada mashdar yang digunakan. Ada beberapa kata arab seakar
dengan kata al-khuluq ini dengan perbedaan makna. Namun karena ada
kesamaan akar kata, maka berbagai makna tersebut tetap saling berhubungan.
Diantaranya adalah kata al-khalq artinya ciptaan. Dalam bahasa arab kata
al-khalq artinya menciptakan sesuatu tanpa didahului oleh sebuah contoh,
atau dengan kata lain menciptakan sesuatu dari tiada. Dan yang bisa melakukan
hal ini hanyalah Allah, sehingga hanya Allah yang berhak berpredikat Al-Khaliq
atau Al-Khallaq sebagaimana yang diungkapkan dalam QS. Al-Hasyr 59:
24 dan QS. Yasin 36: 81.
Disamping itu masih ada arti lain yaitu, pertama,
mereka-reka/ merekayasa, misalnya dalam QS. Al-Mu’minun 23:14. Disini juga
diartikan Maha Suci Allah Sang Perekayasa yang terbaik, selanjutnya dalam QS.
Al-Ankabut 28: 17.
Kedua, al-adin (agama)
misalnya QS. An-Nisa 4: 119
Diartikan demikian maka mereka benar-benar mengubah ciptaan(agama)
Allah (yang berupa hukum-hukum-Nya).
Ketiga,rusak, misalnya
artinya memakaikan pakaian rusak. Arti lain yang hampir mirip dengan Al-Khiluq
adalah kata khalaqa yang artinya bergaul dengan orang lain, seperti ungkapan
syair:
Ø®َالِÙ‚ُ النَّا
سِ بِØ®ُÙ„ُÙ‚ِ ØَسَÙ†ِ , Ùˆَ لاَ تَÙƒُÙ†ْ ÙƒَÙ„ْبًا عَÙ„َÙŠ النَّا سِ ÙŠَهرُّ
Artinya: “Pergaulilah orang lain dengan pergaulan yang baik, jangan
seperti anjing yang menggonggongi orang”.
Selanjutnya kata al-khuluq ini juga mengandung segi-segi
penyesuaian dengan perkataan al-khalaq yang berarti ciptaan serta erat
hubungannya dengan kata al-khaliq yang berarti pencipta, dan perkataan makhluk yang
berarti yang diciptakan. Perumusan pengertian tersebut timbul sebagai media
yang memungkinkan adanya hubungan baik antara khaliq dengan makhluk dan antara
makhluk dengan makhluk lainya. Sehingga pola-pola hubungan ini menjadi
pembahasan ruang lingkup akhlak. Inilah ciri khusus kata akhlakdalam bahasa
arab yang digunakan untuk menyebut perangai manusia dalam kajian bahasa (etimologi).
Maka bila sifat itu memunculkan perbuatan baik dan terpuji menurut
akal dan syari’at maka sifat itu disebut akhlak yang baik, dan bila yang muncul
dari sifat itu perbuatan-perbuatan buruk maka disebut akhlak yang buruk. Jadi
sifat yang telah meresap dan terpatri dalam jiwa yang dapat menimbulkan
perbuatan dengan mudah dan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan lagi, itulah
yang dinamakan akhlak.[1]
Mansur Ali Rajab mengatakan, bahwa definisi dan ruang lingkup suatu
ilmu sangat penting artinya, untuk membedakanya dengan ilmu lain. Misalnya
ruang lingkup ilmu kedokteran meliputi pengetahuan tentang ilmu fisik manusia
dilihat dari segi sehat dan sakitnya. Maka ruang lingkup pembahasan ilmu akhlaq
adalah perbuatan baik dan buruk yang dikerjakan dengan keadaan yang
(disengaja).
Pemetaan
keilmuan dan pengembangannya, dapat dibagi menjadi 4 macam yaitu:
1. Ilmu-ilmu metafisis, termasuk di
dalamnya ilmu agama, obyeknya adalah hal- hal yang bersifat non-fisik yang
sifatnya suprarasional, yang dapat di kembangkan dengan pendekatan rasa
(tariqah al-irfani).
2. Ilmu – ilmu kealaman (fisika), yang obyeknya
adalah alam yang nyata, yang dapat di kembangkan dengan pendekatan observasi
dan eksperimen (tariqah al-tajribiyah).
3. Ilmu – ilmu eksak, yang dapat di
kembangkan dengan pendekatan argumentasi rasional (tariqah al-burhani).
4. Ilmu – ilmu kemanusiaan (humaniora),
yang obyeknya adalah manusia dengan berbagai aspeknya, yang dapat di kembangkan
dengan beberapa macam pendekatan tersebut diatas di tambah dengan pendekatan
sosiologis (tariqah al-ijtima’i).
Khususnya untuk ilmu akhlak, obyeknya
adalah perbuatan manusia yang di dasari (disengaja), lalu perbuatan tersebut
dapat di nilai baik atau buruk. Dan pengembangannya menggunakan pendekatan
teologis-normatif dan sosiologis, karena ia juga termasuk ilmu agama yang
bersumber dari al-Qur’an, Hadits dan filsafat, tetapi pengembangannya bersumber
dari ilmu- ilmu sosial.[2]
Adapun pengertian ilmu akhlak, berikut ini ada beberapa definisi
yang dikemukakan oleh beberapa pakar.
1.
Al-Ghazali: ilmu menuju jalan ke akhirat yang dapat disebut ilmu
sifat hati dan ilmu rahasia.
2.
Ahmad Amin: suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk,
menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia kepada sesamanya,
menjelaskan tujuan manusia melakukan sesuatu, dan menjelaskan apa yang harus
diperbuat.
3.
R. Jolivet: ilmu yang membahas hal-hal yang wajib dan patut bagi
manusia hingga persoalan-perosalan yang dilarang.
4.
G. Gusdorof: jalan untuk menentukan suatu kebaikan sehingga
menerangkan keadaan manusia dalam kehidupan sehari-hari.[3]
B.
Hubungan Ilmu Akhlak dengan
Ilmu Lainnya
1.
Ilmu Akhlak Dengan Sosiologi
Hubungan antara
dua ilmu ini sangat erat. Sosiologi mempelajari perbuatan manusia yang juga
menjadi objek kajian ilmu akhlak. Ilmu akhlak mendorong mempelajari kehidupan
masyarakat yang menjadi pokok persoalan sosiologi. Sebab, manusia tidak dapat
hidup, kecuali dengan cara bermasyarakat dan tetap menjadi anggota masyarakat.
Karena selalu bermasyarakat, terlihatlah sisi tingkat rendah atau tingginya
keadaan suatu masyarakat, baik pendidikan, ekonomi, seni ataupun agamanya.
Begitu pula, ilmu akhlak memberikan gambaran kepada kita tentang bentuk
masyarakat yang ideal mengenai perilaku manusia dalam masyarakat.
Sosiologi
mempelajari tingkah laku, bahasa, agama, dan keluarga, bahkan pemerintahan
dalam masyarakat. Kesemuanya itu mengenai tingkah laku yang timbul dari
kehendak jiwa (kehendak jiwa). Dengan demikian, sosiologi menolong ilmu akhlak
mendapatkan pengertian tingkah laku manusia dalam kehidupannya.
2.
Ilmu Akhlak Dengan Psikologi
Sebagaimana dengan
sosiologi, ilmu akhlak berhubungan pula dengan psikologi. Psikologi menyelidiki
dan membicarakan kekuatan perasaan, paham, mengenal, ingatan kehendak,
kemerdekaan, khayal, dan rasa kasih yang kesemuanya dibutuhkan oleh ilmu
akhlak.
Psikologi
mempelajari tingkah laku manusia selaku anggota masyarakat sebagai manifestasi
dan aktifitas rohaniah, terutama yang ada hubungannya dengan tingkah laku, baik
di dalam maupun luar kelompoknya, juga interaksi (saling mempengaruhi) antara
satu dan lainnya dalam masyarakat. Adapun ilmu akhlak memberikan gambaran kepada
manusia tentang pekerjaan yang baik dan
pekerjaan yang buruk, pekerjaan yang halal dan pekerjaan yang haram.
C.
Ilmu Akhlak Dengan Ilmu Hukum
Pokok
pembicaraan dua ilmu ini adalah perbuatan manusia. Tujuannya pun hampir sama,
yaitu mengatur perbuatan manusia demi terwujudnya keserasian, keselarasan,
keselamatan, dan kebahagiaan. Cara kita bertindak terdapat pada kaidah-kaidah
hukum dan akhlak. Akan tetapi, ruang lingkup ilmu akhlak lebih luas. Ilmu
akhlak memerintahkan perbuatan yang bermanfaat dan melarang perbuatan yang
membahayakan, sedangkan ilmu hukum tidak demikian karena banyak perbuatan yang
jelas-jelas bermanfaat, tetapi tidak diperintahkan oleh ilmu hukum seperti
berbuat baik kepada fakir miskin dan perlakuan baik antara suami dan isteri.
Setiap perbuatan
yang dinilai oleh akhlak pasti mendapatkan kepastian hukum islam berupa salah
satu dari lima kategori, yaitu wajib, sunah, mubah, haram, dan makruh. Diamping
itu, ilmu hukum hanya mempelajari atau melihat tingkah laku dari segi luar
saja, sedangkan ilmu akhlak disamping melihat dari sisi luar, juga melihat dari
sisi batin.
D.
Ilmu Akhlak Dengan Filsafat
Berdasarkan makna
dan konsepsinya yang umum, filsafat merupakan upaya mengetahui dan menggali
potensi yang dimiliki manusia. Pengertian ini memungkinkan senua ilmu berada
dibawahnya. Dapat dikatakan bahwa ilmu akhlak merupakan cabang filsafat
praktis. Akan tetapi, sekarang jumlah ilmu sedemikian banyak sehingga ilmu
akhlak pun berdiri menjadi ilmu tersendiri.
E.
Ilmu Akhlak Dengan Ilmu Tasawuf (Irfan)
Sebagian besar
pembicaraan tasawuf (irfan) berkaitan dengan pengetahuan tentang
ketuhanan (al-ma’arif al-ilahiyyah), tetapi tidak dengan jalan ilmu dan
pembuktian ilmiah, tetapi dengan jalan penyaksian esoterik (al-syuhud
al-bathini). Ini berati bahwa hati manusia harus berfungsi bagaikan cermin
yang bersih sehingga dapat menangkap hakikat dan menyikap tirai. Dengan cara
itu, hati seseorang dapat melihat esensi ketuhanan, asma-asma-Nya, dan
sifat-sifat-Nya.
Untuk tujuan
ilmu tasawuf ini, ilmu akhlak dapat membantu seseorang untuk menghilangkan
berbagai kotoran hati yang dapat menghalangi pemiliknya dari esensi ketuhanan.
Dapat dikatakan bahwa akhlak merupakan pintu gerbang ilmu tasawuf.
F.
Ilmu Akhlak Dengan Ilmu Pendidikan (Tarbiyah)
Hakikat
pendidikan adalah menyiapkan dan mendampingi seseorang agar memperoleh kemajuan
dalam menjalani kesempurnaan. Kebutuhan manusia terhadap pendidikan beragam
seiring dengan beragamnya kebutuhan manusia. Pendidikan akhlak merupakan benang
perekat yang merajut semua jenis pendidikan di atas harus tunduk pada
kaidah-kaidah akhlak.
G.
Ilmu Akhlak Dengan Dengan Akidah Dan Ibadah
Islam telah
menghubungkan secara erat antara akidah dan akhlak. Dalam Islam, akhlak
bertolak dari tujuan-tujuan akidah. Akidah merupakan barometer bagi perbuatan,
ucapan, dengan segala bentuk interaksi sesama manusia. Berdasarkan keterangan
Al-Qur’an dan As-Sunnah, iman kepada Allah SWT. Menuntut seseorang mempunyai
akhlak yang terpuji.
Sebaliknya,
akhlak buruk adalah yang menyalahi prinsip-prinsip keimanan. Sekalipun suatu
perbuatan pada lahirnya baik, tetapi jika titik tolaknya bukan keimanan,
perbuatan tersebut tidak mendapatkan penilaian di sisi Allah SWT.
Adapun kaitan
ilmu akhlak dan ibadah dapat dijelaskan bahwa tujuan akhir ibadah adalah
keluhuran akhlak. Ibadah terpenting yang disyari’atkan Islam dan yang paling
pertama dihisab pada hari kiamat adalah shalat. Hikmah disyari’atkanya shalat
adalah menjauhi perbuatan keji dan munkar.[4]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
[1] Nur Hidayat, Akhlak
Tasawuf (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013), hlm. 1-5
[2] Mahjuddin, Tasawuf
II (Jakarta: Kalam Mulia, 2010), hlm. 4-5
[3] Rosihon Anwar,
Akhlak Tasawuf (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hlm.15
[4] Ibid., hlm.
39-45
Catatan :
1.
APAKAH
ILMU AKHLAK UTI ?
· ILMU TENTANG KEUTAMAAN YANG HARUS DILAKUKAN DENGAN CARA MENGIKUTINYA
SEHINGGA JIWANYA TERISI DENGAN KEBAIKAN,DAN TENTANG KEBURUKAN YANG HARUS
DIHINDARI SEHINGGA JIWANYA KOSONG (BERSIH ) DARI SEGALA BENTUK KEBURUKAN (
ABDUL Hamid ).
· ILMU YANG OBYEKNYA MEMBAHAS NILAI NILAI YANG BERKAITAN DENGAN
PERBUATAN MANUSIA , DAPAT DISIFATKAN DENGAN BAIK DAN BURUKNYA ( IBRAHIM ANIS )
2. ILMU AKHLAK IALAH
·
ILMU
YANG MENENTUKAN BATAS ANTARA BAIK DAN BURUK,ANTARA TEPUJI DAN TERCELA , TENTANG
PERKATAAN ATAU PRBUATAN MANUSIA LAHIR DAN BATIN.
·
ILMU
PENGETAHUAN YANG MEMBERIKAN PENGERTIAN TENTANG BAIK DAN BURUK ,ILMU YANG
MENGAJARKAN PERGAULAN MANUSIA DAN MENYATAKAN TUJUAN MEREKA YANG TERAKHIR DARI
SELURUH USAHA DAN PEKERJAAN MEREKA ( HAMZAH YA’KUB).
3. APAKAH AKHLAK ITU ?
·
AKHLAK
IALAH SEBAGAI BUDI PEKERTI ATAU KELAKUAN. DALAM ALQURAN ADA KATA AKHLAK YAITU
DALAM SURAT AL QOLAM AYAT 4 YANG ARTINYA SESUNGGUHNYA ENGKAU MUHAMMAD BERADA DIATAS BUDI PEKERTI YANG AGUNG. TETAPI
DALAM HADITS BANYAK DIJUMPAI LAFAL AKHLAK
·
SIFAT
YANG TERTANAM DALAM JIWA YANG
MENIMBULKAN BERMACAM-MACAM PERBUATAN
DENGAN GAMANG DAN MUDAH ,TANPA MEMERLUKAN PEMIKIRAN DAN PERTIMBANGAN.( IMAM
GOZALI)
·
KEHENDAK
JIWAMANUSIA YANG MENIMBULKAN PERBUATAN DENGAN MUDAH KARENA KEBIASAAN ,TANPA
MEMERLUKAN PERTIMBANGAN PEMIKIRAN TERLEBIH DAHULU ( FARID MARUF).
·
AKHLAK
SEBAGAI SUATU KEADAAN YANG MELEKAT PADA JIWA MANUSIA , YANG BERBUAT DENGAN
MUDAH , TANPA MELALUI PROSES PEMIKIRAN ATAU PERTIMBANGAN (KEBIASAAN SEHARI HARI
)INI PENDAPAT IBNU MASKAWAIH.
·
SEBAGAI
KEKUATAN DALAM KEHENDAK YANG MANTAP ,KEKUATAN BERKOMUNIKASI MEMBAWA KECENDERUNGAN
PADA PEMILIHAK PIHAK YANG BENAR ( AKHLAK BAIK ) ATAU PIHAK YANG JAHAT (akhlak
buruk).(M ABDULLAH DARAZ ).
·
NILAI
NILAI DAN SIFAT YANG TERDAPAT DALAM JIWA
,YANG DENGAN SOROTAN DAN TIMBANGANNYA SESEORANG DAPAT MENILAI PERBUATANNYA BAIK
ATAU BURUK ,UNTUK KEMUDIAN MEMILIH MELAKUKAN ATAU MENINGGALKANNYA.
4. APAKAH CIRI –CIRI AKHLAK DALAM
ISLAM.
a.
.AKHLAK
ROBBANY.
b.
AKHLAK
MANUSIAWI.
c.
AKHLAK
UNIVERSAL.
d.
AKHLAK
KESEIMBANGAN.
e.
AKHLAK
REALISTIK.
5. AKHLAK ROBBANY
YAITU YANG MENYANGKUT TUJUANNYA YAKNI UNTUK MEMPEROLEH KEBAHAGIAAN
DI DUNIA DAN DI AKHIRAT NANTI.SEDANG CIRI-CIRINYA ADALAH BAHWA AKHLAK ROBBANY BUKANLAH MORAL
YANG KONDIDSIONAL DAN SITUASIONAL , TAPI AKHLAK YANG BENAR-BENAR MEMILIKI NILAI
YANG MUTLAK.AKHLAK ROBBANILAH YANG MAMPU MNGHINDARI KEKACAUAN NILAI MORALITAS DALAM HIDUP MANUSIA.
AL AKHZAB AYAT 59.
AL NUR AYAT 30-31.
AKHLAK MANUSIAWI
·
YAITU
AJARAN AKHLAK DALAM ISLAM SEJALAN DAN MEMENUHI TUNTUTAN FITRAH MANUSIA.
KERINDUAN JIWA MANUSIA KEPADA KEBAIKAN AKAN TERPENUHI DENGAN MENGIKUTI AJARAN
AKHLAK DALAM ISLAM. AJARAN AKHLAK DALAM ISLAM DIPERUNTUKKAN BAGI MANUSIA YANG
MERINDUKAN KEBAHAGIAAN DALAM ARTI HAKIKI.
·
AKHLAK
ISLAM ADALAH AKHLAK YANG BENAR - BENAR MEMELIHARA EKSISTENSI MANUSIA SEBAGAI
MAKHLUK TERHORMAT SESUAI FITRAHNYA.
·
AKHLAK
UNIVERSAL
·
AJARAN
AKHLAK DALAM ISLAM SESUAI DENGAN KEMANUSIAAN YANG UNIVERSAL DAN MENCANGKUP
SEGALA ASPEK HIDUP MANUSIA, BAIK YANG DIMENSINYA VERTICAL MAUPUN HORIZONTAL.
SEBAGAI CONTOH AL-QUR’AN MENYEBUTKAN MACAM KEBURUKAN YANG WAJIB DIJAUHI OLEH
SETIAP ORANG YAITU MENYEKUTUKAN ALLAH, DURHAKA KEPADA ORANG TUA, MEMBUNUH ANAK
KARENA TAKUT MISKIN, BERBUAT KEJI BAIK SECARA TERBUKA MAUPUN TERSEMBUNYI,
MEMBUNUH ORANG TANPA ALASAN YANG SAH, MAKAN HARTA ANAK YATIM, MENGURANGI
TAKARAN DAN TIMBANGAN, MEMBEBANI ORANG LAIN KEWAJIBAN MELAMPAUI KEKUATANNYA,
PERSAKSIAN TIDAK ADIL DAN MENGHIANATI JANJI ALLAH. (QS. AL-AN’AM 6:151-152)
EmoticonEmoticon